Sabtu, September 12, 2009

Tips Mencari Kontrakan/Kost bagi Mahasiswa


Mahasiswa ???
Di tahun ajaran Baru biasanya banyak disibukkan oleh mahasiswa-mahasiswa baru yang ingin mencari tempat tinggal, nah ini dah sedikit Tips buat cari Kontrakan/Kostan.
  • Pastikan dulu bahwa Anda benar-benar sudah diterima di Kampus yang Anda daftarkan. (yaaaa iyaalah bro, dah cape2 cari kontrakan/kosan eee malah Loe g' d terima d Kampus sana...Msake tho).
  • Pilih lokasi yang letaknya tidak terlalu jauh dengan kampus Anda. (biar kalo da info terbaru seputar kampus langsung ter-Update cepet, trus kalo kesiangan ya g telat2 amat, trus kalo pulang kuliah nya malam yooo nyantei2 aja, trus bisa gunakan fasilitas kampus dg efisien, tapi yoo jg g' deket2 banget sich biar ntar kalo terjadi "tawuran (kalo masi jamannya ???)" t4 kontrakan/kostan Qt g' terkena imbasnya).
  • Lihat pula strategisnya tempat kontrakan/kost yang Anda Pilih. (cari yang lokasinya strategis, deket ma t4 Ibadah, warung makan, Supermarket tapi yo jgn terlalu deket2 ma pasar dan kalo bisa yang banyak penghijauan d lingkungannya).
  • Pilih Kontrakan/Kostan dengan yang lingkungannya Bersih, Aman dan Nyaman. (ingin Sehat ? yaa t4i lah kontrakan/kostan yang bersih, Pastiakan juga keamanan lingkungan dengan adanya pagar, CCTV ato pos Satpam (tapi tanpa da Anjik d kostan lho), t4i lah kamar dgn ukuran yg g' kerlalu kecil minimal yoo sesuai dgn barang bawaan Anda, Kamar mandi/WC yg bersih n sehat).
  • Lihat, kenali dan akrab kan lah diri Anda ketemen-temen Kontrakan/Kostan dengan Familier.
  • Ssstt kalo bisa cari Bapak/Ibu Kost yang g' Pelit dan suka marah-marah. (hehehe Pisss ya Pak Pisss ya Buu).
Sekarang semua tergantung Anda...
Selamat datang di Kehidupan Mandiri Teman !!!

Minggu, September 06, 2009

"Air Mata Sang Pemimpin Dunia"


Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?” “Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar khabar ini?” Tanya Jibril lagi. “Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.”
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai ding! in, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku – peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii?” – “Umatku, umatku, umatku”
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. . .